Pilu: Kisah Lebaran Tanpa Orang Tua

Anwariz Blog - Begini Rasanya Merayakan Lebaran Jauh dari Orang Tua | Bulan Suci Ramadan telah berlalu. Puasa sebulan penuh kini tinggal memetik buahnya saja, apakah mampu diaplikasikan dalam kehidupan setelah Ramadan atau sebaliknya?! Mudah-mudahan apa yang didapat selama masa "gemblengan" di bulan puasa dapat membekas dalam keseharian kita 11 bulan berikutnya. Aamiin..

lebaran tanpa orang tua
Ilustrasi
Idul Fitri 1438 Hijriah baru saja kita lewati kemarin tanggan 25 Juni 2017. Kebahagiaan menyambut kemenangan bersama keluarga tercinta nampak jelas terlihat diraut wajah orang-orang disekeliling. Namun tidak demikian dengan penulis, sebab pada lebaran kali ini penulis merayakan Hari Raya tanpa kehadiran orang tua karena jarak yang memisahkan kita antara Jawa Barat dan Kalimantan Selatan.

Kesedihan memuncak tepat pada malam takbir, lantunan kalimat takbir di mesjid sebelah membuat hati terenyuh, tak kuasa meneteskan air mata sebab disaat yang sama saya tidak seperti mereka. Komunikasi lewat telpon menjadi pengobat rindu antara kami sekeluarga.

Walaupun lebaran jauh dari orang tua, setidaknya masih ada keluarga di sini. Yaa.. Kami berlebaran bersama keluarga kakak sepupu yang telah lebih dulu merantau, bahkan sudah belasan tahun terbiasa dengan kondisi (lebaran tanpa kehadiran orang tua) seperti ini. Saya pun belajar banyak dari beliau tentang bagaimana menyikapi situasi secara bijak, sebak kita sedang dalam tahap membenahi diri baik secara fisik, mental, maupun karier.


Sedih memang... Tapi kesedihan bukan untuk dikhawatirkan. Karena suatu saat pasti akan kembali berkumpul bersama lagi, merasakan keceriaan yang sebelumnya begitu terasa indahnya, bersama keluarga di kampung halaman tercinta. Betul, suatu hari nanti saya bukan lagi saya yang sekarang melainkan akan jauh lebih baik. Ini semua dilakukan demi kebaikan dan kebahagiaan bersama dimasa mendatang. InsyaAllah...

Mohon Maaf Lahir & Batin Mah.. Pak.. Dek...
(teruntuk kalian ibu, bapak, dan adik tercinta)

Salam bakti dari tanah rantau, Kalimantan Selatan.

-------------------------------------------------
Update : 17 Ramadhan 1443 Hijriah
-------------------------------------------------

5 Tahun silam sejak pertama kali artikel tentang Kisah Lebaran Tanpa Orang Tua ini saya tulis. Waktu itu sedang merantau ke Kalsel, tepatnya Banjarbaru. Tahun demi tahun berlalu, selalu saja terngiang betapa pilunya berlebaran jauh dari orang tua. Begitupun dengan Ramadhan tahun ini, saya harus melewatkan santap sahur dan berbuka jauh dari kedua orang tua (alhamdulillah masih lengkap), tanpa menyinggung perasaan teman-teman yang orang tuanya sudah lebih dulu terbang ke surga-Nya.


19 April 2022 bertepatan dengan hari ke-17 Ramadhan 1443 Hijriah, kembali merasakan apa yang dirasakan 5 tahun lalu. Betul sekali... Rasanya campur-aduk sekali antara haru, sepi, rindu suasana kumpul bersama sembari berbagi cerita. Setengah perjalanan menuju hari kemenangan telah kita sama-sama lalui walau terbentang jarak untuk saling menyapa, walau bisa saja bertegur lewat WA, tetap saja itu berbeda. Jika sejatinya kita selalu ingin berkumpul secara nyata.

lebaran tanpa orangtua

menghaturkan

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah


Semoga kita semua disampaikan pada Hari Raya, dimana kita semua dilabeli sebagai pemenang. Kemenangan dari segala macam hawa nafsu yang membelenggu supaya senantiasa lebih berguna di 11 bulan berikutnya. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

2 comments:

  1. Saya ingin bercerita kepada penulis
    Tahun 2019 ini, saya entah harus lebaran kemana. Ibu saya sudah tidak ada, ayah saya ayah sambung, saya hidup bersama kakek, dan tentang ayah kandung saya, saya masih kaku.
    Saya merasa belum siap untuk lebaran tahun ini.
    Tapi terima kasih atas cerita dsri penulis.
    Saya yakin saya bisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini 2022. Sudah selayaknya kamu menyambangi ayah sambungmu ketika Idul Fitri nanti. Bahagia selalu untuk kamu dan keluarga yaa..

      Hapus

Kami tunggu saran dan kritik via kolom komentar